DESA NYAWANGAN

Wilayah Desa Nyawangan terletak pada wilayah dataran tinggi,  dengan luas 7,363 km2 atau 750,63 ha, dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut: Sebelah Utara          :      Gunung Wilis Sebelah Selatan       :      Desa Picisan dan Desa Tugu, Kec. Sendang Sebelah Barat          :      Desa Krosok, Desa Sendang dan Desa Nglurup Sebelah Timur         :      Desa Petungroto, Kec. Mojo, Kediri Pusat pemerintahan desa Nyawangan terletak di dusun Krajan RT 001 RW 01  dengan menempati areal lahan seluas 0,11. Jumlah penduduk desa Nyawangan sebanyak 6893 jiwa yang tersebar di Sembilan  Dusun, sembilan RW dan tiga puluh sembilan RT,  Dari jumlah tersebut, terdiri dari laki-laki 3.516 jiwa dan perempuan 3.377jiwa dengan tingkat pertumbuhan rata-rata selama 6 (enam) tahun terakhir 2 %, dengan tingkat kepadatan sebesar 1000 jiwa/km2.

Sejarah

Mempelajari sejarah terbentuknya Desa Nyawangan, maka tidak lepas dari legenda seorang tokoh, yang bernama “ KI AGENG SARIDONO”beserta istrinya “ NYI AGENG REMBEN. Beliau adalah seorag pelarian dari wilayah PONOROGO, yang melarikan diri ke wilayah Tulungagung,  tepatnya yang sekarang ini menjadi Desa Nyawangan. Beliau adalah seorang prajurit, melarikan diri, karena kalah dalam medan perang, dan memilih melarikan diri daripada ditawan sebagai Prajurit taklukan.

Konon sesampainya di Desa Nyawangan beliau merasa sangat prihatin, atas keadaan yang ada, dimana kehidupan warga serba kekurangan, lahan pertanian pada kering dan tandus.

Melihat kondisi yang seperti ini, akhirnya Ki Ageng Saridono bersemedi, memohon petunjuk yang maha kuasa, dengan harapan ada petunjuk untuk membuat kehidupan  yang lebih baik bagi warga Desa Nyawangan.

Dalam semedinya, beliau mendapatkan petunjuk agar beliau membuat sebuah saluran irigasi, yang biasa disebut dalam bahasa Jawa   “ WANGAN’

Dalam pembuatan “ WANGAN “ ini, tidak seperti yang biasa dilakukan pada jaman sekarang, yaitu dengan memakai tenaga manusia ataupun dengan alat alat berat lainnya. Tetapi beliau membuat WANGAN ( saluran irigasi ) ini hanya dengan menggunakan Pusaka “TEKEN” ( Tongkat )

Pada suatu malam dengan dibantu Istrinya, “ NYI AGENG REMBEN”,  pusaka Teken yang bernama “ JAYA WIGUNA “ tersebut ditarik, dari sebuah mata air, menuju area pertanian.  Dengan ditariknya pusaka tersebut, maka terbentuklah sebuah WANGAN ( Saluran Irigasi ) yang seketika itu pula air telah mengalir diatasnya.
Waktu hampir menjelang pagi, ketika Ki Ageng Saridono telah mampu membuat wangan sepanjang kurang lebih 1.500 meter dari pusat air, yaitu lokasi yang sekarang bernama “ Tasen Tasen “  Tetapi pada tempat ini Ki Ageng Saridono dalam membuat wangan justru terhambat oleh  sebuah lunguran (bukit ).

Akhirnya Ki Ageng Saridono dengan dibantu Istrinya Nyi Ageng Remben, menggunakan seluruh kesaktiannya, untuk memotong lunguran (bukit) tersebut. Ki Ageng Saridono menendang ( Njejek ) dengan kaki kanannya, sedang Nyi Ageng Remben mengibaskan selendangnya, dan seketika itu pula lunguran / bukit tersebut terpotong ditengah – tengahnya.

Dengan terpotongnya lunguran tersebut sehingga air dapat mengalir tanpa hambatan menuju area pertanian. Lunguran yang ditendang oleh ki Ageng Saridono tersebut berpindah sekitar 300 meter kearah Utara.  membentuk sebuah bukit kecil, dan pada saat disebut dengan  “ Dali – Dali “.

Pagi hari seusai pembuatan WANGAN oleh Ki Ageng Saridono ini, semua orang terkejut melihatnya. bahkan kabar adanya Wangan baru ini menyebar kemana mana, sehingga banyak orang yang datang untuk melihatnya. Dari sinilah akhirnya  muncul kata  NYANG – WANGAN. “NYANG” artinya pergi ke, “WANGAN” artinya “ saluran irigasi”. Nyangwangan, artinya pergi ke saluran air. Dan dari situlah akhirnya terbiasa dengan  kata NYANGWANGAN, atau NYAWANGAN,  yang kemudian sampai saat ini kata Nyawangan, digunakan sebagai  nama sebuah Desa, yaitu “DESA NYAWANGAN”.

 

Wilayah Desa

0
Dusun
0
Rukun warga
0
Rukun tetangga
Wilayah Dusun
Batas Wilayah

Visi & Misi

Membangun Desa Nyawangan untuk mewujudkan masyarakat Desa Nyawangan, yang mamur, sejahtera, dan berkwalitas, secara adil dan merata
  1. Sejahtera, yang dimaknai bahwa pembangunan desa yang telah direncanakan dapat menyentuh kesejahteraan masyarakat desa dengan tanpa membedakan kepentingan politik, SARA, dan pihak tertentu.
  2. Makmur, artinya segala kebutuhan hidup yang butuhkan masyarakat serba ada dan berkecukupan.
  3. Berkualitas, yang dimaknai bahwa pembangunan desa yang akan dilaksanakan dapat mewujudkan kualitas taraf hidup masyarakat desa semakin lebih baik.
  4. Adil, yang dimaknai bahwa pembangunan desa diharapkan dapat menyentuh rasa keadilan seluruh masyarakat desa.
  5. Merata, dimaknai bahwa pembanguna desa yang direncanakan untuk kurun waktu 6 tahun kedepan dalam pelaksanannya akan merata persebaran dan pelaksanaan program pembangunannya baik secara fisik maupun non fisik.

Perangkat Desa

Aparat desa Tulungagung periode 2016-2022

YOKO DWI MUKAROM,SE

KEPALA DESA NYAWANGAN

HERI SULISTYAH

SEKRETARIS DESA

LUSWANTORO

PLT. KAUR KEUANGAN

NANANG JUNAIDI

KAUR PERENCANAAN

AGUS SUSANTO

KAUR TATA USAHA DAN UMUM

SUPRAPTA WIJAYANTA

KASI KESEJAHTERAAN

BAMBANG PUJIANTO

KASI PELAYANAN

LINARYO

KEPALA WILAYAH DUSUN JAJAR

JIAT

KEPALA WILAYAH DUSUN NYAWANGAN

MUKLAS

KEPALA WILAYAH DUSUN KLEGEN

SUKANI

KEPALA WILAYAH DUSUN BANTENGAN

DAMSU

KEPALA WILAYAH DUSUN KLANGGERAN

SUTIKNO

PUTUK

T. SUDARSONO

KEPALA WILAYAH DUSUN KRAJAN

MARJIKAN

PLT. KEPALA DUSUN SUMBERINGIN

PRATIKNO

STAF KEPALA WILAYAH DUSUN JAJAR

MARTAM

STAF KEPALA WILAYAH DUSUN NYAWANGAN

SUWITO

STAF KEPALA WILAYAH DUSUN BANTENGAN

MARSI

STAF KEPALA WILAYAH DUSUN KLANGGERAN

Ingin tahu statistik desa?

Semua data statistik tentang desa